Seperti pepatah Jepang; "visi tanpa aksi adalah mimpi di siang hari, aksi tanpa visi adalah mimpi buruk." Mencapai visi mestinya harus beraksi, beraksi bukan sekedar beraksi, tetapi harus berlandaskan visi.
Mencapai visi dengan beraksi tak terlepas dari bekal pengetahuan. Pengetahuan tak sekedar diperoleh. Harus melewati proses tanpa banyak protes. Membaca dan berelasi adalah proses yang harus dilalui dan harus diabadikan dengan menuangkannya dalam sebuah tulisan yang terbentuk dari huruf, membentuk kata, kalimat, dan tersusun merangkai cerita.
Pramoedya Ananda Toer mengatakan: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.".
Kata kakak-kakak jurnalis marjinnews.com pada sebuah kesempatan bersua sapa dengan kami dalam sebuah pelatihan jurnalistik mengatakan sebagai berikut: "Temukan aku dalam kata."
Bisa disimpulkan bahwa membaca dan menulis adalah proses menemukan jati diri dan mengeluarkan energi positif yang bersemayam didalam diri dan menanti kita bangunkan.
Menanggapi perkembangan zaman, tidak hanya bermodalkan fisik yang indah dipandang mata atau bahasa orang muda zaman sekarang 'cakep', tapi lebih dari itu harus kritis dan berwawasan luas. Kritis menghadapi segala situasi khususnya media sosial dan jeli dalam kritik bukan hanya pandai berkutak-kutik.
Kritis untuk membungkan seluruh kesombongan hidup. Siap menerima suntikan positif bahkan suntikan negatif, karena itulah ujian kehidupan yang paling berharga dan istimewa. Keberanian adalah modal dan hanya diri sendiri yang memproduksi. Dibarengi komitmen, ketekunan, dan tekad.
Salam Literasi!
Oleh: Hildegardis Ajeng Wantur
Pelajar Kelas XI MIPA SMAN 1 Langke Rembong
Jurnalis Muda marjinnews.com